SENI RUPA HUDA FAUZAN, SEBUAH DEDIKASI UNTUK ; HIDUP DAN KEHIDUPAN



SENI RUPA HUDA FAUZAN, SEBUAH DEDIKASI UNTUK ;  HIDUP DAN KEHIDUPAN
Seni rupa sebagai sebentuk media ekspresi diri dari sang kreator adalah sehamparan panggung yang teramat lapang  tempat  bergelinjangnya aneka gairah dan hasrat sang kreator dalam berproses kreatif dalam bingkai bahasa rupa. Dalam karya seni rupa terhampar segurat narasi pernyataan. Disana pula terhampar aneka muatan. Disana pula terhampar gagasan. Sebab karya seni rupa tak hanya terhenti pada aspek kebentukan, sebab karya seni rupa tak hanya artefak beku dari sebuah paradigma   estetika  tekstual semata. Seni adalah bagian dari hal ikhwal kehidupan, karya seni hendaknya tak memenara gading dalam sangkar emas estetika formalistik belaka, seolah olah kesenian itu wilayah yang steril dari persoalan kehidupan, yang lama terkukuhkan dengan sebuah jargon klise “art for art sake” atau “seni untuk seni”. Jargon yang didengungkan oleh kaum modernis formalis barat tersebut  telah lama  mereduksi aspek muatan kontekstual dalam karya seni rupa. Karya seni dalam paradigma estetika modernis formalis akhirnya hanya menjadi tempat onani estetis yang menjauhkan karya seni dari akarnya,  yakni; hidup dan kehidupan.
Namun seiring bergulirnya dialektika pemikiran dari paradigma modernisme  bergulir ke paradigm postmodernisme sebagai sebuah antithesis dari modernism dalam berbagai aspek keilmuan termasuk ranah pewacanaan dan penciptaan seni rupa, maka pandangan estetis formalis yang menyeterilkan seni rupa dari aspek di luar estetika mulai dipertanyakan, bahkan secara ekstrim diberontaki. Maka lahirlah karya seni rupa kontemporer yang merupakan bentuk perlawanan yang frontal atas kemapanan estetika formalistik. Dalam karya seni rupa kontemporer seorang seniman merasa tak puas hanya berhenti pada pencapaian dalam wilayah formalistik semata yakni hanya berhenti pada persoalan kebentukan (teks) semata, namun seorang seniman kontemporer juga akan  mempertimbangkan aspek muatan (konteks) yang berada di luar perkara rupa, dalam hal ini adalah; hidup dan kehidupan.
Adalah Huda Fauzan, salah seorang perupa kelahiran Jember yang kini berproses kreatif di Ubud, memandang dan memaknai proses berseni rupa yang ia lakoni sebagai bagian dari kehidupan. Pilihan menjadi seniman baginya adalah pilihan sadar, sebab tak mungkin berkesenian tanpa kesadaran. Maka seni rupa bagi seorang Huda Fauzan adalah bagian dari perjalanan hidup yang memang harus dijalankan sebab ia telah secara sadar menentukan pilihan pada seni rupa. Bersandar pada kesadaran akan sebuah pilihan hidup membuat proses berkesenian Huda Fauzan mengalir dalam setiap perjalanan hidupnya. Sebuah pilihan hidup akan menentukan kehidupan, dan kehidupan adalah sebuah proses menghidupi kehidupan. Pada kesadaran konseptual  inilah gagasan  Huda Fauzan tentang kehidupan yang merupakan “roh” dari gagasan kreatifnya  dalam berkeseni rupa akhirnya menemukan “tubuhnya” dalam sebuah event pameran tunggalnya yang berjudul Life is life, yang merupan bentuk dedikasi dan pernyataan kontekstual  seorang Huda Fauzan dalam memandang persoalan hakiki sebagai manusia yaitu; hidup dan kehidupan.
Kegelisahan kreatif  Huda Fauzan dalam memandang dan memaknai proses hidup dan kehidupan kemudian terejawantahkan dalam sebentuk bahasa rupa yang cenderung mengarah ke pola ungkap yang ekletis. Lihatlah betapa ekletisnya perpaduan  antara ekspresifnya kesan  figur-figur yang dikontruksi dengan teknik torehhan dan sapuan palet dengan kesan dinginnya latar belakang yang digarap dengan teknik flat. Sebuah pola ungkap dan bahasa rupa  yang dapat dibaca sebagai sehamparan teks rupa yang akan memproduksi sebuah pemaknaan yang tak hanya berhenti pada persoalan estetika, melainkan pada pemaknaan yang lebih luas dan kontekstual.  Bahwa hidup bergulir dalam kontradiksi-kontradiksi, antara yang ekspresif dan yang dingin. Antara  yang bergerak dinamis  dan yang terdiam berkontemplasi . Antara yang aktif dan yang fasif. Antara yang muda dan yang tua.  Antara si kuat dan si papa.   Demikianlah hidup adalah persimpangan yang terkontruksi dari kontradiksi-kontradiksi yang bersanding secara ekletis tapi harmonis di dalam gerak keseharian manusia dalam mengisi kehidupan ini. Huda Fauzan merekam dan memotret sisi-sisi lain dari proses kehidupan yang luput dari pengamatan umum. Setiap sisi –sisi kehidupan yang terekam dalam memori kreatif tersebut kemudian dihadirkan dalam fragmen-fragmen visual yang menyentuh, terkadang menggelitik, terkadang wajar tapi mendalam, terkadang pula Huda dengan nyaman memainkan aneka tanda dan simbol yang merepresesntasikan; hidup dan kehidupan.
Demikianlah sekelumit pembacaan saya tentang proses kreatif seorang Huda Fauzan, “selamat berpameran Mas, dan teruslah mencatat setiap perjalanan hidup dan kehidupan ini, karena dengan itulah hidup dan kehidupan ini terhidupi”
Tulisan ini adalah pengantar untuk pameran tunggal Huda Fauzan yang berjudul “Bringing life to life” di bozart galeri kerobokan pada april 2012

0 komentar:

Posting Komentar

Tentang Suara Rupa

Suara Rupa adalah sebuah "panggung" sederhana yang berusaha menyajikan gagasan dan cara pandang tentang kebudayaan khususnya dunia seni rupa dalam perspektif praktik, wacana, ataupun pendidikan dan pengajarannya

tentang penulis

suara rupa
I Made Susanta Dwitanaya, lahir di tampaksiring gianyar bali, pada 22 juli 1987. menempuh pendidikan kesenirupaan di Jurusan Pendidikan Seni Rupa Undiksha Singaraja (2005-2010. Berminat pada dunia kepenulisan sejak masih kuliah
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.